Selasa, 13 Mei 2014
NOVEL KE tigaku yg bisa kalian nikmati sebagai cerita bersambung
1.
Tara
Unspoken love.
Just life without passion until I found him.
Right now, I’m in here, @ B building industrial engineering.
Alone.
I am a 5th semester student that have falling in love to his partner .
Really love him. It happen when I am @ 3th semester.
A word that can describe about my self is casual. Aku suka dengan hal-hal yang simple, gak ribet dan yang terpenting diatas semua itu adalah pure. Paling benci dengan kepura-puraan. Just be your self and don’t try to copy another one. Aku rasa cukup hanya itu yang bisa aku jelaskan tentang diriku.
I can sit @ B building industrial engineering, semua tak lepas dari masa laluku saat aku masih di SMA.
Kembali pada hidupku sewaktu SMA, hidupku benar-benar tanpa arah dan passion. Waktu itu aku tidak benar-benar tahu apa yang aku inginkan. Hidupku hanya berupa rutinitas membosankan yang tetap aku jalani sampai aku bertemu dengan Andra. Kakak kelasku sewaktu aku berada dikelas X.
Dia adalah cinta pertamaku saat aku berusia 16 tahun. Jika kamu bertanya padaku apakah sekarang aku masih mencintainya? Aku bisa menjawabnya dengan sangat yakin dan pasti. My answer is not. Orang bilang cinta pertama itu sesuatu yang sulit untuk dilupakan. Cinta pertama bagiku hanya bertahan selama tiga tahun. Selama tiga tahun ini, aku mungkin benar-benar mencintainya. Alasanku menggunakan kalimat mungkin adalah karena aku sendiri gak begitu yakin dengan perasaanku.
Aku dan Andra sebenarnya tidak banyak memiliki interaksi, selain aku dulu mengenalnya lewat klub basket yang aku ikuti. Dia jadi seniorku di SMA. Dia sangat populer dan memiliki beberapa fans di SMA. Terutama dari adik kelas.
Kalau kisah anak SMA identik dengan anak basket keren, jangkung dan tampan, ini benar-benar klasik. Seperti kisah-kisah dalam buku atau adegan dalam sebuah film. Aku kira, aku tidak akan menjadi bagian dari kisah klasik tersebut, ternyata aku salah. Aku masuk kedalamnya dan menjadi bagian dari gejolak perasaan remaja. Adanya kupu-kupu yang tiba-tiba terbang diperutku. Saat-saat itu cukup menyenangkan sekalipun aku tahu pasti bahwa aku bukanlah pemeran utama dalam kisah cinta pemain basket keren seperti yang ditulis dalam buku-buku atau terjadi dalam film.
Aku mengenalnya karena kita seklub. Tentu saja. Andra itu orangnya hangat dan supel. Maybe, this is one of my reason that he became my first love. Tapi, kenyataan pahit yang harus aku telan adalah dia sudah memiliki cewek. Teman sekelasnya, anak kelas XII ipa 3. Tahu ini dari temanku, waktu itu aku benar-benar sedih.
Dia lulus dan diterima dijurusan Teknik Industri. Aku tidak memiliki cita-cita tentang bagaimana kehidupanku kelak. Yang aku suka hanya basket. Aku suka dan aku gak pernah berpikir aku akan hidup dari basket. Basket hanya sesuatu yang benar-benar aku suka tanpa ada keinginan untuk benar-benar pro dalam bidang ini.
Setelah dia lulus, kegiatan yang aku lakukan adalah kepo dan stalking melalui jejaring social (friendster, waktu itu facebook belum booming seperti saat ini. Facebook baru booming saat aku berada di kelas XII). Atau kadang-kadang aku yang menjadi pengirim SMS gelap. SMS Tanya sedang apa, apa yang kamu suka, dan bagaimana hubunganmu saat ini dengan pacarmu?
Jawaban yang aku terima berupa SMS singkat-singkat. Dia menanyakan siapa aku dan tentu saja gak akan pernah aku jawab. Di SMS dia sangat dingin, berbeda jauh dengannya dikehidupan nyata. Still, aku masih saja menyukainya.
Aku tahu kalau aku tidak memeliki banyak interaksi dengannya. Namun, dia hidup dalam pikiran dan bayanganku. Interaksiku dengannya hanya melalui SMS-SMS gelap yang aku kirimkan padanya. Atau melihatnya dari tribun saat kita gentian latihan basket. But, untuk saat itu, hal itu sudah cukup. Aku harus berterima kasih padanya, meski tidak aku lakukan secara langsung dan hanya aku ucapkan dalam hati. Jika saja dulu aku tidak menyukainya, aku tidak akan berada di gedung B jurusan teknik Industri dan bertemu dengan Ario.
***
“Ra, sudah kamu kumpulkan kan, laporannya?” Tanya Ario pdaku. Aku mengangguk.
Sekarang, orang yang sedang berada disepanku inilah yang sedang aku cintai. Sejak semester tiga lalu. Berarti, sudah 1,5 tahun. Bicara tentang cinta pertamaku, Andra, dia sudah diwisuda bulan lalu. Aku hanya lihat foto wisudanya yang dia upload di faceboknya. Gak ada alasan bagiku untuk datang, sekalipun aku tahu kalau dia saat ini sedang tidak menjalin hubungan dengan siapapun. Tapi mau bagaimana lagi, hatiku benar-benar sudah aku berikan pada Ario, sekallipun hubungan yang kami miliki ini statusnya masih belum jelas. Tapi, aku sudah cukup bahagia dengan keadaanku saat ini.
“Sudah makan?” aku menggeleng. “Sama. Ke kantin yuk, atau kamu mau makan ditempat makan dekat kosku?”
Aku mengangguk. “Motorku aku taruh kampus aja kalau gitu. Jam 4 lagi, kita ada kelas. Aku bareng kamu aja. Ok?” dia mengangguk dan tersenyum.
Tanpa helm, aku duduk di Ninjanya bagian belakang. Jujur saja, menurutku sekalipun motor ini benar-benar keren (menurutku dan perspektif cewek-cewek lain, dan juga cowok-cowok juga suka model beginian), namun jujur saja saat aku harus jadi penumpang kali ini, benar-benar merasa tidak nyaman. Akan nyaman jika kamu harus melingkarkan tanganmu pada perut pengemudinya. Situasiku saat ini benar-benar tidak membolehkannya melakukannya dalam tahap ini. Karena? Hubunganku dengannya masih belum sampai sedekat itu. Sekalipun aku ingin, tapi aku harus menahannya. Lagipula, jika aku benar-benar melakukannya tanpa seizinnya, bukannya saat turun nanti kita (atau mungkin hanya aku?), akan benar-benar menjadi canggung.
Perkembangan kehidupan cintaku mungkin bisa dikatakan lambat. Orang lain mungkin bisa sudah jadian setelah tiga bulan setelah masa pendekatan atau setelah ada rasa. Aku tidak benar-benar tidak mengerti dengan mereka, bagaimana mungkin secepat itu mereka pacaran (dan cepat juga putusnya). Atau mungkin aku saja yang salah?
Perasaanya padaku? Aku tidak tahu. Aku juga tidak punya keberanian untuk bertanya langsung padanya. Hanya saja, saat ini jika aku sedang berada didekatnya aku merasa bahagia dan … Utuh. Sesuatu yang sulit untuk dijelaskan. Tak terdefinisikan.
Tempat makan dekat kosnya ini menjadi salah satu tempat makan favoritku. Prasmanan, murah(favorite mahasiswa kalau sudah bicara tentang harga), bersih dan tempatnya nyaman. Kalau sedang makan disini, kami setidaknya menghabiskan waktu setengah jam. Lalu aku akan mengikutinya ke kosnya (catatan, hanya sampai pada teras kosnya. Karena, di sini, Malang, ada aturan yang tidak mengizinkan lawan jenis masuk kedalam kamar kos. Begitu juga jika dia main kekosku), atau kalau tidak begitu, kita akan keperpustakaan. Disana jauh lebih nyaman mengerjakan tugas bareng daripada ngerjakan tugas diteras kos.
Namun, jika kita hanya ingin ngobrol bareng, kita sering menghabiskan waktu diteras kosku maupun terasnya. Kami membeli camilan, aku minum jus buah dan dia minum kopi. Hanya hal-hal kecil seperti ini yang sekarang sering menjadi rutinitas kami.
Awal kedekatan kami alasannya sebenarnya karena ketidaksengajaan. Waktu itu, kami harus mengerjakan tugas ergonomic, in a group. Each group consist from two person. Waktu pemilihan grup, kebetulan aku gak masuk. At the end, I must be his partner. Reaksi waktu itu? Aku benar-benar kaget saat dia mengajakku. Kaget banget. Ekspresi yang tergambr dimukaku, aku rasa akan sangat sulit untuk dijelaskan. Karena aku sendiri waktu itu juga tidak bisa mengungkapkan perasaanku. Aku hanya bilang “OK, baiklah.”
Dia seperti mimpi yang menjadi nyata bagiku. Aku mengenalnya sejak semester 1, dan memiliki ketertarikan padanya saat semester 3. Kenapa tidak sejak awl semester saja aku tertarik padanya? Kalau pertanyaan itu yang diajukan, tentu saja aku bisa memberikan jawaban dengan pasti dan lugas. Semester satu itu aku masih suka dengan kak Andre. Cintaku yang bertepuk sebelah tangan yang akan memasuki tahun ketiga.
Aku masih sering ketemu kak Andre, saat kita sedang berjalan dikoridor menuju kelas masing-masing atau saat salah satu dari kita sedang makan dikantin. Kita hanya akan mengatakan “Hai!”, gak lebih dan gak kurang. Lama-lama aku berpikir, hubungan kita tidak akan kemana-mana. Aku tidak berencana megutarakan perasaanku begitu juga dengan dia yang 99% dari pengamatanku, dia sama sekali tidak memiliki rasa yang sama terhadapku.
Lama-lama aku berpikir, untuk apa juga aku harus mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diharapkan. Buang-buang waktu. Akhirnya, semester dua aku belajar untuk melupakannya dan ternyata aku berhasil. Hahahaha…… perasaanku padanya cukup berhibernate dalam hatiku selama tiga tahun. Dan semester 3, aku mulai tertarik dengan Ario meski antara kita tidak memiliki banyak interaksi. Jenis hubungan pertemanan yang hanya akan mengatakan “Hi!” saat kita berpapasan dijalan. Tak lebih dan tak kurang.
***
Ario
Bekas playboy. Ganteng dan keren (menurut teman-teman kalau yang ini. But, seriously, aku memang benar-benar keren. Hahaha)
Rekor SMAku, pacaran gak lebih dari tiga bulan. Itu dulu, sewaktu SMA. Kuliah jauh lebih baik kok. Aku menjalin hubungan selama satu tahun dengan anak FE. Track rekor terlamaku. Awal semester tiga, kami memutuskan pisah. Dan jika ditanya apa alasanku putus dengannya? Hahaha… aku juga gak benar-benar tahu. Lebih tepatnya aku sudah lupa. Yang jelas, Fina-lah yang memutuskan hubungan kami terlebih dahulu. And, somehow, I must say thanks to her. Aku jadi bisa bernafas lebih lega aja sekarang. Hahahaha…
Statusku sekarang:
Single
Nyaman. Sedang tidak menjalin hubungan dengan siapapun (meski sebenarnya aku sedang dekat dengan Tara. Tara? Aku rasa hubungan kami tidak bisa dikatakan dekat, karena suatu saat akan menjadi hubungan cinta. Dekat yang tidak menjurus ke PDKT. Dekat larena kita teman dank arena kita nyaman).
Happy. Peacefully (hahaha… kedengarannya terlalu berlebihan).
Hometown: Surabaya (kota metropolitan kedua setelah Jakarta. Menurutku, kota ini benar-benar ruwet, sibuk, egois, didalamnya terdapat dua dunia yang benar-benar kasat mata, dan kotor).
Apa yang sedang aku lakukan sekarang? Ngobrol dengan Tara diteras kosku sembari menunggu kuliahku sejam lagi. Akan aku update status di facebookku. Aku hanya ingin berbagi info pada fansku (yang menurut Tara banyak. Tapi, dia gak mau nyebutin satu-satu. Kecuali satu nama yang telah berhasil akukantongi, yakni Dira. Kalau yang ini, tanpa pemberitahuaan Tara juga aku sudah tahu. Kentara banget tahu gak sih??? OMG).
Status: Sore-sore gini harus nunggu kuliah didepan kosan??? Pfuhhhhh… andai ada yang menemani.
Setelah aku update, aku menunjukannya pada Tara. Dia hanya tertawa dan komentar “Lalu, aku yang udah duduk sejak tadi disampingmu, aku anggap apa lantas? Patung?”
Langganan:
Postingan (Atom)